Seremnya pertanyaan 'Kamu Kapan? '

This is my draft from 2020, enjoy :) Gara gara nemu draft ini jadi kepikiran nulis cerbung atau novel mungkin ya, tentang rumitnya penantian jodoh seorang perempuan mendekati usia 40 tahun. Gimana setuju nggak?

Heii lama banget ya aku absen dari posting di blog, fiuh! It's been a long time sobat! Oh iya, FYI kuliahku udah selesai dan sekarang siap dilamar. Eh, enggak enggak! Maksudnya sekarang udah kerja. Kerja pindah-pindah dan akhirnya sekarang menetap dekat rumah Alhamdulillah.
Jadi hari ini aku mau berbagi sedikit hal sama temen temen. Sore tadi aku nengokin teman SMP yang baru saja lahiran. Jadi temenku ini kan nikah setahun yang lalu alhamdulillah langsung isi (bukan isi makanan ya) :D. 

Seperti umumnya teman lama yang hampir dua tahun nggak ketemu nih, ya tentu saja banyak obrolan dan candaan juga. Temen yang sudah menikah dulu dan anaknya sudah berusia 2 tahun adalah temen yang paling kocak dari zaman SMP. Nah dia banyak cerita tentang keluarganya yang lumayan lucu.

Singkat cerita, di tengah tengah obrolan ada tamu yang datang lagi. Tentu saja temenku ini menyambut tamu yang baru datang tadi. Nah aku dan temanku lanjut ngobrol berdua saja.

Tamu itu juga terlihat akrab dengan temenku ini. Ada tiga orang, salah satunya membawa dua anak perempuan. Nah, ada perbincangan yang cukup menggelitik di telingaku dan sedikit mengganggu. Si ibu-ibu yang membawa anak dua tadi berkata pada salah satu teman yang ikut, "Nih, si A sudah punya anak. Kamu kapan? Udah mau kepala empat kok belum nikah. Nanti susah hamil loh."

Deg! Kaget sekali aku mendengarnya. Usiaku sekarang memasuki 25 tahun dan aku juga belum punya 'calon' untuk menikah. Tetapi sejujurnya setiap ada yang menanyakan kamu kapan padaku aku tidak pernah berfikir akan sakit hati atau overthinking karna itu. Tapi mendengar orang lain ditanya begitu kok rasanya ikut sakit hati ya.

Perempuan yang ditanya seperti itu tadi, hanya tersenyum dan tidak menjawab apa-apa. Tetapi ekspresinya tentu saja tidak dapat dibohongi, pasti setengah malu dan tidak enak. Lalu mereka melanjutkan obrolan mereka kembali dan tertawa-tawa tanpa beban. Tapi aku tau mood si perempuan itu sudah tidak baik baik saja. Sangat bisa dimaklumi ya.

Dari sini aku belajar, kadang hal yang kita anggap itu baik, belum tentu baik bagi orang lain. Pertanyaannya tidak salah, itu hanyalah suatu bentuk kepedulian dan kasih sayang mungkin. Tetapi, kadang pertanyaan seperti itu bisa saja menjadi belati tajam yang menusuk langsung ke hati jika diucapkan pada orang dan pada situasi yang kurang tepat. Tidak ada satupun perempuan yang tidak ingin menikah bukan? Tetapi tema kehidupan ini bukan hanya melulu soal pernikahan. Bukan hanya melulu soal berkeluarga dan punya anak. Banyak hal yang menjadi pertimbangan mhngkin seseorang belum menikah di usia segitu. Bisa jadi memang belum bertemu jodohnya atau memang sedang mempersiapkan diri dan memperbaiki diri sehingga pernikahan bukan hanya sekedar pergantian status, tetapi juga menjadi awal untuk kebahagiaannya.

Untuk mbak nya, kuatkan sabar Allah sudah menyiapkan yang paling baik. Sesuatu ditunda bisa jadi adalah keberuntungan untukmu <3


Saat Mahkotamu Terjatuh

Gadis manis dengan lesung pipi dan gingsul yang menjadi ciri khasmu
Hijab yang senantiasa kau sematkan pada dirimu tuk menutup auratmu
Prinsip hidup yang kau pegang teguh selama ini
Marwah yang senantiasa kau jaga, mungkin tak selamanya keteguhanmu kau pegang
Tak selamanya kau mampu bertahan pada peganganmu satu satunya yaitu Allah

Sungguh Allah lah maha pembolak-balik hati
Tak perlu kau tutupi bahwa hatimu telah diambil yang tak semestinya sebelum ada ikatan
Perasaan ini adalah fitrah sebagai manusia, namun tak semestinya ia tumbuh dan kau siram sebelum waktunya

Lalu ketika sang penarik hatimu itu pergi, kau jatuhkan mahkotamu dengan menangisinya
Sungguh merugi dirimu, tatkala kau meletakkan makhluk diatas kecintaanMu pada Allah

Tak apa, cukup sekali
Kau tetaplah wanita terhormat
Ambil mahkotamu letakkan ia kembali di kepalamu, lantas kembalilah pada satu-satunya tempat berharap, satu-satunya cinta yang takkan meninggalkanmu meski dirimu tidaklah sempurna

Menjaga dari Jauh

Sebelumnya, disclaimer dulu ini adalah tulisan dari draft tahun 2014 tanpa editing langsung posting ya. Sudah lama sekali tidak menulis, nemu tulisan waktu usia 19 tahun langsung mengucap masyaaAllah hihi. Yakin banget blog ini jika ibarat rumah sudah penuh dengan sarang laba-laba, tak berpenghuni dan mungkin orang yang mau masuk pun pikir pikir lagi wkwk. Sepertinya draft lain juga cocok diposting. Bertahap ya :)

Makna menjaga, terkadang sering diartikan denga selalu bersama dan mengikuti kemanapun seseorang pergi. Namun makna sesungguhnya tidak harus seperti itu. Menjaga seseorang yang kita cintai atau sayangi tak harus dengan menyertainya, lantas bagaimana? Bukankah pembuktian cinta dan kasih sayang adalah dengan membersamai?

Dewasa ini, pacaran menjadi hal yang sangat sangat biasa dan seolah pantas dipertontonkan. Padahal sudah jelas sebagai umat muslim, kita tahu bahwasanya tidak ada istilah pacaran sebagai jalan keluar ataupun perwujudan kasih sayang. Bahkan anjuran jika jatuh cinta namun belum siap menikahi maka jauhilah, dan berpuasalah. Tetapi hal yang paling tepat jika seseorang jatuh cinta, terutama lelaki ya nikahi hihi. Belum siap, nanti istriku mau dikasih makan apa? Nah kan, pesimisme seperti ini yang sering terjadi. Padahal rezeki sudah dijamin, bahkan Allah menjamin bahwa rezekimu sebelum menikah akan cukup untuk dirimu sendiri dan rezekimu setelah menikah akan cukup untukmu dan istrimu, pun setelah memiliki anak, itu juga akan cukup. Apa kurang jaminan ini? 

Namun demikian, jika kita merasa belum mampu menikah dan takut akan dosa baiknya kita menjaga seseorang yang kita cinta melalui doa. Allah tahu, Allah mendengar doa kita. Jodih itu takdir yang memang harus diikhtiarkan salah satunya melalui doa. Maka ketimbang mengikat seseorang melalui pacaran yang tidak jelas arahnya dan membuka jalan maksiat bukankah lebih baik mendoakannya di sepertiga malam?

Ingatlah cerita Fatimah putri Rasulullah dan Ali bin Abu thalib. Kisah cinta yang sudah terpendam sejak lama, kisah cintanya sangat terjaga kerahasiaannya dalam kata, sikap dan ekspresi mereka bahkan konon syaithanpun tak bisa mengendusnya, mereka bisa menjaga izzah mereka, hingga Allah telah menghalalkannya.

Singkat cerita Ali memendam cinta pada Fatimah, putri Rasulullah SAW. Hingga suatu ketika Fatimah dilamar oleh Abu Bakar Ash Shiddiq sahabat Rasulullah yang luar biasa perjuangannya untuk agama Islam saat itu. mendengar berita ini Ali terkejut dan tersentak jiwanya, muncul rasa-rasa yang diapun tak mengerti, Ali merasa diuji karena terasa apalah dirinya jika dibanding dengan Abu Bakar kedudukannya disisi nabi. Dari sisi finansial Abu Bakar seorang saudagar, tentu akan lebih bisa membahagiakan Fatimah, sementara Ali?, hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.

Melihat dan memperhitungkan hal ini, Ali ikhlas dan bahagia jika Fatimah bersama Abu Bakar, meskipun ia tak mampu membohongi rasa-rasa dalam hatinya yang ia sendiri tak mengerti, apakah mungkin itu yang namanya cinta?

Namun ternyata lamaran Abu Bakar ditolak oleh Fatimah sehingga hal ini menumbuhkan kembali harapannya. Ali kembali mempersiapkan diri, berharap dia masih memiliki kesempatan itu.

Namun ujian bagi Ali belum berakhir, setelah Abu Bakar mundur muncullahUmar ibn Al Khathab. Pemisah antara kebenaran dan kebatilan juga datang melamar Fatimah. Ali pun ridha jika Fatimah menikah dengan Umar, ia bahagia jika Fatimah bisa bersama dengan sahabat kedua terbaik Rasulullah setelah Abu Bakar yang mana Rasulullah sampai mengatakan “Aku datang bersama Umar dan Abu Bakar”. Namun kemudian Ali pun semakin bingung karena ternyata lamaran Umar pun ditolak.


Setelah itu menyusul Abdurahman bin Auf melamar sang putri dengan membawa 100 unta bermata biru dari mesir dan 10.000 Dinnar, kalo diuangkan dalam rupiah kira kira 55 milyar. Dan lamaran bermilyar-milyar itupun ditolak oleh Rasulullah.

Akan tetapi kekhawatiran Ali bin Abi Thalib belum berakhir sampai di sini karena ternyata sahabat yang lainpun melamar sang Az Zahra. Usman bin Affanpun memberanikan dirinya melamar sang putri, dengan mahar seperti yang dibawa oleh Abdurrahman bin Auf, hanya ia menegaskan kembali bahwa kedudukannya lebih mulia di banding Abdurrahman bin Auf karena ia telah lebih dahulu masuk islam.

Tidak disangkaa tidak diduga, ternyata Rasulullahpun menolak lamaran Usman bin Affan. Empat sahabat sudah memberanikan diri dan mereka semua telah ditolak oleh Rasulullah SAW.

Ali dengan dukungan sahabat sahabatnya pun memberanikah diri melamar Fatimah. Dan tanpa diduga, lamarannya diterima oleh Fatimah. Dan tahukah apa mahar yang diminta? Rasulullah hanya meminta baju besi milik Ali. Kemudian ia menjualnya dan uangnya untuk mahar pernikahan.

Dan malam harinya setelah dihalalkan oleh Allah SWT, terjadilah dialog yang sangat menggetarkan. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah keduanya menikah, Fatimah berkata kepada Ali,”Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta kepada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya”,

Ali pun bertanya mengapa ia tak mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya.

Sambil tersenyum Fatimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu.”

Masyaa Allah indah bukan? Ini jauh lebih indah daripada katakata cinta yang tidak diiringi dengan tindakan. Omong tok istilahnya :’)

Nah itulah sedikit makna dan cerita tentang menjaga dari jauh. Betapa Ali dan Fatimah saling mencintai dalam diam, dan mendoakan diam diam pastinya. Betapa Ali yang takut karena dia hanyalah pemuda miskin dan tidak bisa memberikan hidup mewah pada Fatimah, tetapi nyatanya Ialah yang dinantikan oleh Fatimah.

Bagaimana dengan kita? Tentu kita memang bukanlah manusia yang sehebat mereka, putri dan sahabat Rasulullah. Tapi tidak ada salahnya kita juga meneladani kisah mereka dan menerapkan di kehidupan kita. Indah bukan jika kisah kita seperti mereka? :)

Akhirnya Aku Mengerti

Hei, betapa beraninya pria ini. Datang secara tiba-tiba dalam hidupku dan mencuri hatiku tanpa ampun sedikitpun. Dia biarkan aku meradang, dalam suatu perasaan yang bahkan tidak pernah mampu menembus hatiku selama ini. Perasaan bodoh yang kuanggap kekanak-kanakan yang mungkin hanya dimiliki anak kecil. Perasaan gila yang kuanggap tidak normal, membayangkan sesuatu yang tidak pernah ada. Membayangkan dia di setiap sudut pikiran, membunuh setiap ambisi dan usahaku selama ini yang mungkin batu saja tidak mampu memecahkannya. Lalu ini apa? Bodoh!
Aku bahkan tidak mampu mengusir bayang-bayangnya, membuatku hampir mati. Setiap ambisi yang coba kubangkitkan selalu berhasil digagalkan oleh bayangnya, dan perasaan takut akan kehilangan. Bodoh! Aku tidak pernah mencoba menumbuhkan rasa ini, aku bahkan sudah berkali-kali membunuhnya, tapi rasa ini terus tumbuh seolah pohon liar yang mampu tumbuh sangat besar meski tak ada yang menyiram dan merawatnya. semakin lama semakin berat dan begitu banyak amunisi yang kubutuhkan untuk menebang dan memusnahkannya.
Ini seolah-olah mimpi, tapi apakah mimpi ini akan membunuh impian yang coba kuhidupkan? Aku tidak bisa terus menerus seperti ini. menjadi semakin gila dengan khayalan-khayalan bodoh yang tak berakhir,
Mungkin aku tak perlu berusaha membunuhnya, biarkan tumbuh dan tumbuh semakin besar aku tak peduli. aku harus tetap berjalan dengan atau tanpanya. Tidak-tidak, aku tidak membunuhnya. Aku hanya berusaha berjalan sejauh mungkin dan meninggalkan perasaan ini sejauh ungkn di belakang. Dia, tetap dalam pikiran dan hatiku. Bukankah ini adalah haknya untuk tinggal atau pergi, karena dia yang membuka, maka dialah yang memiliki hak kapan dia akan menutupnya.

up